Cerita Ngeblog
BREAKING

Tuesday, 26 April 2016

Indahnya Desa Mekarjaya Ujung Kota Cidaun

Keindahan Desa Mekarjaya
Cidaun.BeCeNews-Suara serangga dan ayam berkokok, memecah pagi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Saat itu, udara sejuk sudah bercampur hangat matahari pagi. Beberapa warga desa tampak menyusuri jalan setapak menuju kawasan persawahan. Sesekali suara motor meraung memecah sunyi desa yang terkurung kawasan hutan lindung Gunung Simpang. 
Tapi hari itu, Apep tidak pergi ke sawah, seperti kebanyakan warga desa lainnya. Jadwal kerja Apep, hanya ke balai desa dan memeriksa saluran air yang bermuara pada instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di sisi timur desa. Apep merupakan salah seorang pengurus pembangkit Mikrohidro, bersama Sekretaris Desa Tarsa. 
Sepanjang jalan menuju balai desa, Apep mengisahkan pengalamannya menebang pohon di hutan lindung Gunung Simpang. “Capeknya minta ampun pak. Malah padi juga tak terurus di sawah. Saat melihat polisi hutan, saya merasa jadi incaran. Kita kan yang bersalah, tadi tebang hutan. Tuh ada Polhut, jangan-jangan ke sini mau ke saya. Jadi kadang ngumpet. Dengar-dengar ada Kapolsek ke Mekarjaya, ngumpet, merasa ketakutan. Namanya orang bersalah, ya pasti takut,” tutur Apep mengisahkan ulang rasa takut yang tertinggal selepas menebang pohon beberapa tahun silam. 
Desa Mekarjaya tempat Apep tinggal adalah satu dari lima desa yang berada di wilayah Timur dan Selatan hutan lindung Gunung Simpang. Lokasi desa persisnya di dekat  perbatasan Kabupaten Garut dan Bandung. Empat desa lainnya yakni Cibuluh, Puncak Baru, Neglasari dan Gelar Pawitan. Sebagian besar warga Mekarjaya dulu dikenal sebagai perambah dan pembalak hutan. Apep satu diantara warga yang pernah ikut menebang kayu.  
Tak kenal tua dan muda, semua warga desa punya pengalaman membalak kayu di hutan lindung. Kebetulan, Apep hanya empat bulan menekuni pekerjaan sebagai pembalak kayu hutan. Dulu saban bulan, Apep empat kali keluar masuk hutan. Selama tiga hingga empat malam di hutan, Apep bisa mengumpulkan tiga kubik kayu olahan siap pakai. Banyaknya kubik kayu yang ditebang dan diolah, cukup untuk membangun dua hingga tiga rumah.
Saat itu, Apep biasa menebang hutan bersama kakak dan warga lainnya. Tidak tanggung-tanggung, Apep menebang pohon khas hutan Jawa Barat yang dilindungi. Sebut saja pohon Ki Hujan (Angelhardia Spicata), Rasamala (Altingia excelsa Noronha), dan  Puspa (Schima Wallichii). 
Ironisnya kayu hasil tebangan tersebut dijual murah ke warga yang akan membangun rumah. Penghasilan yang diraih Apep pun jadi tak seberapa, jika dibandingkan dengan  modal dan kerja kerasnya selama 3 – 4 hari di dalam hutan. Untuk setiap kubik kayu yang ditebang, kelompok penebang biasa mendapatkan Rp700 ribu. Harga yang sangat murah, untuk kayu berkualitas prima. 
Dengan harga yang cuma segitu, setiap penebang hanya bisa kebagian uang Rp200 ribu – Rp100 ribu. Hasil yang dibawa ke rumah menjadi sedikit, karena ongkos menebang yang juga mahal. Seperti; untuk membeli solar yang digunakan untuk menghidupkan mesin gergaji (chainshaw), membeli beras, kopi dan lainnya. 
“Kalau dulu satu kubik Rp 700 ribu, berarti 3 x 7 pak, tapi kadang-kadang modalnya bisa Rp 1 juta Pak. Modal ke hutan itu. Kadang perbekalan dikomplitin mau beli apa, beli apa, kadang mau ke hutan bawa ayam. Hahaha, motong ayam, bakar ayam,” canda Apep.

Tentang ""

Semoga Media Online Berita Cidaun News bisa bermanfaat bagi semua warga masyarakat Indonesia umumnya, Khususnya warga masyarakat Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. Media Online Berita Cidaun News ini, kumpulan beritana urang cidaun

Post a Comment

 
Copyright © 2016 Berita Cidaun News
Design by FBTemplates | BTT